07 February 2017

Misteri Kematian Herni, Jenazah yang Dinikahi

Keputusan Herni (bukan Erni seperti yang diberitakan sebelumnya) mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya yang tragis masih misteri. Semuanya menyayangkan, apalagi sang pacar, Ahmad Haidir. 

Ahmad Haidir tak tahu alasan sang kekasih, Herni mengakhiri hidup dengan cara tragis. Suasana di kediaman korban pada Jumat, 2 Februari yang diklaim pihak keluarga hanya untuk mengurus jenazah. Foto: FACEBOOK

Ibu Herni, Wati juga tak mengetahui penyebabnya. Yang pastinya, korban meminum racun rumput sebelum mengembuskan napas terakhir.

“Saat dibawa ke Puskesmas dia hanya mengucap maaf telah berbuat hilaf. Setelah itu dia tak pernah lagi sadarkan diri hingga meninggal,” kata sang ibu, Wati kepada FAJAR (Jawa Pos Group),  Senin (6/2/2015). 

Wati mengaku tak habis pikir mengapa putri keduanya itu memutuskan memilih cara tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

Padahal, sehari-sehari wanita yang baru saja menamatkan pendidikan di STIKES Baramuli ini dikenal periang.

Setahu orang terdekatnya, dia tak ada masalah dengan siapapun.

Herni yang alumnus sekolah kesehatan itu, justru sering memperingatkan keluarganya agar tidak sembarangan menyimpang benda-benda beracun. Maklum, orang tuanya seorang petani, kerap menggunakan pestisida.

Ciuman terakhir Ahmad Haidir kepada kekasihnya yang terbujur kaku. Foto Fajar/JPNN.com

“Jangankan racun. Saat kami akan meminum obat, dia selalu berpesan agar mengikuti petunjuk dokter. Makanya kami heran mengapa terjadi seperti ini,” tutur Wati.

Keluarga korban juga sempat meminta penjelasan kepada Edi, sapaan Ahmad Haidir, terkait hubungan mereka selama ini. Menurut pengakuan sang kekasih, seperti ditirukan ibu korban, sejak mereka berkenalan hingga pacaran, tak pernah ada pertengkaran.

“Berjalan biasa saja, tak ada yang ditutup-tutupi,” aku Edi pada Wati.

Baik Wati maupun suaminya, La Juma, serta keluarga besar mereka, mengaku tak pernah menghalangi niat keduanya untuk menikah.

Sejak Herni memperkenalkan Edi, tak pernah ada kata penolakan telontar. 

“Asalkan mereka bahagia, kami setuju-setuju saja,” tutur Wati.

Demikian pula dari pihak keluarga Edi di Nias, Sumatera Utara. Lewat telepon, dia mampu meyakinkan orang tuanya untuk memberikan restu.

Termasuk merelakan sang putra menjadi mualaf jelang pertunangan. Kedua belah pihak sudah sepakat pernikahan akan dilangsungkan pada Oktober mendatang dengan mahar Rp 40 juta.

Menurut Husban, kakek korban, sudah beberapa kali Edi datang menemui mereka. Menyatakan keseriusan dan keinginan menjadikan Herni sebagai istri.

“Asalkan saling suka kami pun memberi restu,” akunya. 

Upaya FAJAR (Jawa Pos Group) mendapat konfirmasi langsung dari Edi, tak membuahkan hasil.

Setelah meladeni wawancara singkat pada Minggu malam, 5 Februari, pria yang kini bekerja di Enrekang tersebut seolah menutup diri. Nomor ponselnya tak lagi aktif.

Yang jelas, cintanya pada Herni memang begitu dalam. “Dia istri saya dan akan selamanya menjadi istri saya,” sebutnya, Minggu, 5 Februari.

Di akun Facebook-nya, Edi bahkan masih meng-upload foto-foto Herni jelang kematiannya. Terakhir di-upload pada Kamis, 2 Februari pukul 18.50 Wita.


No comments:

Post a Comment