19 February 2017

Warga Temukan Makam Tua yang Dikeramatkan

MAKAM TUA: Satu makam tua berpagar kayu yang terdapat di Dusun Pematang Baros, Desa Riam Berasap Jaya disebut Makam Tok Bongkok yang sebagian orang dinilai keramat dan bernilai sejarah. DANANG PRASETYO / PONTIANAK POST.
Sejumlah warga Desa Riam Berasap Jaya, Budi Ganesa menemukan satu makam tua. Bahkan, makam tua itu menjadi situs bersejarah di Desa yang berada paling ujung di wilayah Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Mengenai hal ini, dikatakan salah satu warga, Desa Riam Berasap Jaya Budi makam tersebut merupakan makam dari Tok Bangkok.

“Warga menyebut makam tua yang berada di Dusun Pematang Baros itu kuburan Tok Bongkok,” terang Budi Ganesa ditemui di kediamannya di Dusun Pematang Baros, Desa Riam Berasap Jaya, Kamis (16/2) seperti yang dilansir Pontianak Post. 

Sebagai salah satu situs bersejarah yang ada di Desa Riam Berasap Jaya, ayah empat anak ini berharap supaya makam tua ini dapat dilestarikan.

Dirinya pun berharap bagi ahli sejarah yang mengetahui sejarah tentang Tok Bongkok diharapkannya membantu pencarian silsilah sejarah tentang kuburan Tok Bongkok tersebut.

“Makam terletak dekat sungai dan menurut sejarah zaman dahulu orang-orang kuburan tersebut adalah seorang keturunan dari Brunai. Zaman dulu orang-orang sering makan-makan ketupat di lokasi tersebut dan banyak pula yang datang untuk membayar niat. Banyak yang beranggapan kalau makam tersebut keramat,” kata Budi.

Mengenai hal ini, makam tua yang bernilai sejarah,  Dinas Pendidikan melalui Bidang Kebudayaan akan melakukan peninjauan di lokasi Riam Berasap, untuk mendata makam tersebut. Selain itu pihak Kebudayaan melalui Kabid Budaya Jumadi Gading akan menelusuri sejarah awal makam tersebut.

"Kita dari dinas pendidikan bidang kebudayaan, akan melakukan survey dan melakukan penelitian untuk makam tersebut. Sesuai amanah UU Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya, perlakuan terhadap benda yang di duga cagar budaya sama perlakuannya dengan cagar budaya yang sudah ada. Kita juga akan menelusuri sejarah dari makam tersebut," ujar Jumadi Gading,  Kamis (16/2) di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.

Selain itu,  pihaknya juga berharap kepada warga  untuk dapat melaporkan  ke Bidang Kebudayaan bila di daerahnya terdapat,  atau menemukan situs peninggalan bersejarah,  seperti makam di Riam Berasap,  yang menurut warga merupakan makam "keramat", dan memiliki nilai sejarah tersebut.

"Kami mengimbau, kepada warga yang menemukan situs,  atau makam yang di duga peninggalan bersejarah untuk dapat melapor ke bidang kebudayaan dinas pendidikan. Untuk kita catat dan diusulkan sebagai cagar budaya kabupaten Kayong Utara,” sambung Jumadi Gading. 

18 February 2017

Siswa Cerdas, Menyulap Lumpur Rawa Jadi Sumber Energi

Banyaknya stok lumpur yang mengendap di rawa-rawa Sidoarjo membuat Muhammad Muhaimin, Bima Dwi Putra, dan M. Surya Ramadhan tergerak untuk menggali potensinya. Dari penelitian yang dilakukan, lahirlah karya tulis ilmiah. Karya perdana itu langsung menjadi juara tingkat Jatim.

Di depan laboratorium farmasi SMK Plus NU Sidoarjo Rabu (7/2), Muhammad Muhaimin, Bima Dwi Putra, dan M. Surya Ramadhan menunjukkan laporan penelitiannya kepada Jawa Pos. Laporan bersampul hijau daun itulah yang mengantarkan ketiganya menjadi juara I dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat SMK/SMA/MA sederajat se-Jawa Timur yang diselenggarakan Universitas Trunojoyo, Madura, pada 23 Oktober 2016. Tema lomba adalah Peran Sains dan Teknologi dalam Meningkatkan Intelektual dan Prestasi Bangsa.

Dari kiri, Bima Dwi Putra, Muhammad Muhaimin, dan M. Surya Ramadhan.
Sembari membuka lembar demi lembar laporan penelitian tadi, tiga siswa yang tergabung dalam kelompok ilmiah remaja (KIR) SMK Plus NU Sidoarjo itu menunjukkan poin-poin penting dalam penelitian mereka.

Pada halaman pertama, mereka menunjukkan judul berhuruf besar yang ditulis tebal. Tertulis Inovasi Energi Alternatif Ramah Lingkungan, Inovasi Sumber Energi Alternatif Lumpur Rawa Secara Rangkaian Seri Sistem Microbial Fuel Cell.

’’Maksudnya, kami memanfaatkan lumpur rawa menjadi sumber energi listrik,’’ ujar Muhammad Muhaimin, sang ketua tim. Mereka memilih menggunakan lumpur rawa dengan alasan banyak rawa di Sidoarjo. Juga tambak. Namun, rawa tersebut selama ini hanya dimanfaatkan untuk pertanian dan perikanan.

Padahal, sepengetahuan mereka, lumpur di rawa-rawa Sidoarjo banyak mengandung mikroba jenis geobacter. Dengan pengolahan yang tepat, mikroba itu bisa menghasilkan energi listrik.’’Bukan lumpurnya yang berperan penting, tapi mikroba pada lumpur tersebut,’’ terang Muhaimin.

Mikroba tadi biasanya banyak tersimpan pada lumpur rawa bagian paling bawah. Bagian endapan lumpur yang umumnya berwarna hitam. Lumpur di permukaan yang cenderung berwarna keabu-abuan lebih sering hanya mengandung sedikit mikroba. ’’Yang bagian endapan itu lumpurnya padat seperti tanah, tidak lembek kayak yang di permukaan,’’ jelas remaja kelahiran Sidoarjo, 9 Mei 1999, tersebut.

Karena teksturnya lebih padat, cara mengambilnya tidak sulit. Hanya, butuh tenaga ekstra karena harus mengangkatnya dari dalam air. ’’Gampang kok, tinggal angkat pakai sekop, lalu dimasukkan ke wadah. Asyik juga sambil nyebur mainan air,’’ ungkap pelajar kelas XI Farmasi 1 itu.

Untuk mengubahnya menjadi tenaga listrik, mereka membuat alat yang disebut reaktor jembatan garam. Mirip reaktor pembangkit listrik bernama proton exchange membrane (PEM). Bedanya, alat buatan mereka lebih sederhana dan murah. Reaktor jembatan garam mereka buat dengan cara menyiapkan dua toples plastik bekas sosis. Satu toples diisi lumpur, satunya diisi cairan aquades. Lalu, bagian samping dua toples tadi dilubangi.

Fungsi lubang pada dua toples tersebut untuk memasukkan selang penghubung antar kedua toples. Selang penghubung tadi diisi dengan sumbu kompor yang direbus dengan air garam sampai mengkristal.’’Toples tadi ditutup. Lalu, tutupnya dilubangi untuk memasukkan kabel ke masing-masing toples yang berfungsi menyalurkan listrik,’’ terang Bima Dwi Putra.

Dengan demikian, ada dua kabel dari dua toples. Satunya sebagai kutub minus dan satunya plus. ’’Satu toples itu menghasilkan listrik 0,45 volt. Namun, kalau lumpurnya ditambahkan air gula, listrik yang dihasilkan bisa 0,6 volt,’’ jelasnya.

Mereka mendapatkan ide tersebut lantaran kerap menemukan informasi bahwa air jeruk nipis bisa menghasilkan listrik karena keasamannya. Dari situ, mereka berpikir selain jeruk pasti ada benda lain yang bisa menghasilkan listrik. ’’Karena di Sidoarjo banyak rawa, kami coba melihat kandungan di lumpur. Ternyata bisa digunakan untuk listrik,’’ terang siswa kelas X Farmasi 1 itu.

’’Kalau jeruk kan pasti boros karena bisa dibuat masakan. Harganya cenderung lebih mahal,’’ jelas Bima. Di sisi lain, selama ini belum ada yang memanfaatkan lumpur. Jumlahnya juga banyak. Terutama, di tambak wilayah timur Sidoarjo. ’’Konsep yang kami usung kan energi alternatif dari lingkungan sekitar yang jarang dilirik orang,’’ ujarnya.

Untuk membuat karya itu, mereka menghabiskan waktu sekitar sebulan. Mulai mengambil lumpur, merancang alat, uji coba, hingga latihan presentasi hasil karya mereka. ’’Setelah itu, sempat bingung presentasinya harus bagaimana. Sebab, itu penelitian pertama kami,’’ ucap remaja kelahiran Lumajang, 9 Mei 2001, tersebut.

Hampir setiap hari mereka belajar presentasi. Biasanya, mereka berlatih di kelas sepulang sekolah. Teman-teman mereka diajak untuk menjadi audiens yang melihat dan mendengarkan presentasi. Kadang, teman-teman mereka juga membantu mengevaluasi presentasi jika dirasa kurang menarik. ’’Kadang yang nonton ramai, kadang sepi,’’ ucapnya.

Saat kompetisi di Madura, mereka mendapatkan nilai yang tinggi. ’’Cara presentasinya saja yang kami rasa sangat kurang karena baru pertama ikut. Baru tahu, sedangkan jam terbang saingan sudah tinggi,’’ timpal Muhammad Surya Ramadhan.

Hal itu yang membuat mereka sempat pesimistis. Kemampuan presentasi para saingan sudah luwes. Karya yang mereka ikutkan juga unik-unik. Bahkan, tidak sedikit yang sudah menyabet gelar juara pada kompetisi serupa. ’’Juara ketiga dan kedua disebut dan itu bukan kami. Ya sudah kami nggak yakin juara. Sebab, kami akui yang lainnya sangat bagus,’’ lanjut Surya.

Ternyata saat mengumumkan juara I, MC menyebutkan nama tim mereka. Kaget dan haru. Tak menyangka, mereka bisa mengalahkan 55 tim lainnya.’’Bangga dan tidak menyangka. Walaupun baru pertama membuat karya tulis dan pertama lomba, ternyata bisa juara provinsi,’’ ungkap Surya.

Semangat untuk membuat karya tulis pun kini meningkat. Yang paling baru, mereka membuat plastik yang mudah didaur ulang. Mereka menyebutnya dengan Alustik. Yakni, plastik yang dibuat dari olahan sari pati jerami nangka. Karena bahannya alami, tak heran jika sangat mudah didaur ulang.

Karya tersebut sudah selesai dan dikirimkan pada kompetisi karya ilmiah tingkat nasional di Universitas Internasional Semen Indonesia, Gresik. ’’Kami lolos semifinal. Doakan bisa menang,’’ kata Surya. ’’Minggu ini kami presentasi karya itu dalam semifinal,’’ lanjut siswa kelahiran Tarakan, 17 Desember 2000, tersebut. 

by: firma zuhdi al fauzi 

17 February 2017

Angel Lelga Panen Hujatan Soal Fatwa Haram Pemimpin Kafir

Gara-gara postingan soal fatwa haram pemimpin kafir, Angel Lelga menuai banyak komentar bernada hujatan hingga hinaan dari netizen.

Terkait hal ini, dirinya pun angka bicara. Lewat video ajakan untuk mendukung Ahok-Djarot di putaran kedua, Angel meminta netizen berhenti memberikan komentar bernada hinaan.

Pasalnya, sebagai sesama muslim patutnya menunjukkan bahwa Islam itu damai, berakhlak baik dan pemaaf.

“Alhamdullillah atas komentar semuanya… tapi alangkah lbh baik sesama muslim mohon jaga perkataan jangan sampai kita sesama muslim malah tdk terkontrol (kasian) … tunjukin Islam itu Damai, berakhlak baik, pemaaf,… tdk ada gunanya mengotori jiwa dgn pembicaraan kalian …!!,” tulis Angel pada keterangannya.

Angel lantas mempertanyakan berapa banyak lagi orang Islam yang dihina hanya karena perbedaan pendapat.

Angel Lelga. Foto Instagram
“Terjadinya putaran ke 2 juga krn pemilih sebagian muslim… yang sudah cerdas!!! … tdk termakan isue tapi lbh melihat kerja nyata yang selama ini di buktikan .. wlu blm sempurna krn semua perlu proses dan waktu… mambangun bangsa itu tdk segampang membuat isue…!!??,” katanya.

Karenanya, ia pun kembali meminta kepada netizen untuk tidak lagi saling mencaci. Pasalnya, persoalan pilkada hanya sebentar dan akan segera berakhir. Angel mengajak, siapapun nanti gubernur yang terpilih untuk diberikan dukungan demi kemajuan bangsa.

“Sekali lagi jgn saling mencaci sesama Muslim..!!! kita doakan semoga dengan Pak Ahok banyak dtg di PPP mendengar ceramah Ustat2 kita pak Ahok dpt hidayah …. ini persoalan pemilihan yang sebentar akan berakhir..! siapapun gubernur kita mari kita doakan dan dukung demi Bangsa Indonesia yang kita cintai…! … salam sayang dan damai buat semua saudaraku… mari kita cintai Allah , sabar, dan banyak zikir untuk kebaikan bangsa ini #politik #pengenYangTerbaikBuatBangsa #dampakBuatMasaDepanKita #stopHina #Ras #manusiaHebatManusiaYangBisaMenahanDiri,” tandasnya.

Namun begitu, postingan ini tak meredam emosi netizen. Terlihat di kolom komentarnya, ia kembali mendapat komentar-komentar pedas.

Pelukan Emma Stone yang Bikin Netizen Heboh

Best Artist Film Televisi Awards menjadi momen tak terlupakan bagi sepasang mantan kekasih Emma Stone dan Andrew Garfield. Ked­uanya hadir membawa nomine masing-masing pada pesta tahunan itu.

Emma Stone
Pertemuan nan indah itu, terjadi saat keduanya saling menunjukkan ekspresi ba­hagia saat bertemu satu sama lain. Stone bahkan tanpa ragu langsung memeluk erat mantan kekasih yang tak lagi ber­hubungan asmara dengannya sejak 2015 itu.

Pelukan bintang film La La Land ini yang saat itu mengenakan gaun sequin hitam emas dari Chanel dan Garfield dengan mantel Burberry-nya, mengguncang internet.

Netizen di Twitter bersorak gembira, terutama mereka yang menginginkan mereka kembali.

"Emma dan Andrew berpelukan. Saya ulangi, Emma dan Andrew berpelukan," tulis seorang netizen, yang tanpa sungkan membiarkan seluruh hurufnya kapital, saking antusiasnya.

Netizen yang lain menulis, juga dengan huruf kapital dan banyak tanda seru di belakang kalimatnya, 

"Perhatian, #Em­maStone memenangi Aktris Terbaik di #BAFTA2017 dan dia baru saja kembali berlari ke #AndrewGarfield dan memeluknya!"

Seseorang mengaku sebagai Mia Dolan, karakter yang di­mainkan Stone di La La Land, dan menulis, "Emma Stone dan Andrew Garfield di pesta BAFTA. Saya berteriak!"

Sementara yang lain lagi ber­tanya sederhana, "Jadi kapan kalian berdua akan kembali bersama?"

Stone dan Garfield sempat berkencan selama sekitar em­pat tahun, setelah keduanya bertemu dalam set The Amazing Spider Man pada 2012. Saat itu Garfield memainkan si manusia laba-laba, semen­tara Stone menjadi kekasihnya, Gwen. Mereka kemudian berisah pada 2015.

Tangisan Julia Perez saat tak Bisa Mencoblos di Pilkada DKI

Julia Perez (Jupe) yang terpapar kanker serviks di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) gagal memberikan hak suaranya dalam Pilka­da 2017.

Jupe (tengah) saat dijenguk Syahrini (kiri). Foto Instagram
Pasalnya, Jupe tak memiliki KTP elektronik dan surat pengantar dari kelurahan untuk mengikuti Pilkada di RSCM.

Bekas istri siri Gaston Casta­no ini pun sedih tak bisa ikut mencoblos.

"Saya masuk ru­mah sakit itu mendadak, jadi saya nggak sempat mikirin hal-hal seperti itu," tutur Jupe, sambil menitikan airmata, saat dijumpai infotainment, kemarin.

Meski tengah berjuang melawan kanker, Jupe tak mau manja. Tak heran bila segala persiapan ke rumah sakit, ia sendiri yang menyiapkan. Namun gara-gara itu, beberapa surat penting yang seharusnya ia bawa, malah tertinggal di rumah.

"Kondisi saya saat ini kan harus bolak-balik rumah sakit. Jadi saat saya masuk rumah sakit ada hal-hal yang tak terpikirkan," jelas pelantun Aku Rapopo dan Belah Duren ini.

Jupe mengaku sampai Senin (13/2) masih berada di ru­ang gawat darurat. Sampai akhirnya pada Selasa malam dirinya menyadari kalau keeso­kan harinya harus mencoblos.

"Saat saya ingat kalau pilkada besok, saya langsung siapin persyaratannya. Kayak, KTP dan kartu keluarga. Tapi pas jam 7 pagi tadi, saya baru dikabarkan kalau harus ada surat A5 dari kelurahan dan saya tidak tahu mengenai hal itu," beber Jupe yang kini tampak kurus kering.

Walaupun gagal untuk memberikan hak suaranya, pemilik nama asli Yulia Rachmawati tetap berharap agar Jakar­ta menjadi kota terbaik.

"Saya mendoakan yang terbaik buat Jakarta dan Jakarta bisa jadi lebih baik serta jadi acuan daerah-daerah lain," harapnya. 

Jessica Iskandar Ajari Anak Kenal Politik

Usia El Barack Alexander masih terlalu kecil untuk paham politik. Sebagai orang tuanya, Jessica Iskandar ingin mengajarkan kepada anaknya yang belum genap tiga tahun itu.

Jessica Iskandar bersama anaknya saat berada di TPS. Foto Instagram

Ini ditandai ketika presenter sekaligus komedian itu mengajak anaknya ke TPS, Rabu (15/2). 

Ada alasan mengapa pendidikan politik diajarkan sejak dini. Jedar, sapaannya, mengaku ingin memberikan pemahaman yang positif tentang politik.

Dia ingin anaknya tahu tentang masa depan dan calon-calon pemimpin masa depan.

“Emang El (El Barack Alexander) aku ajarin apapun yang bisa aku ajarin. Terutama hal-hal yang positif ya. Dia aku kasih tahu,” ujar Jessica Iskandar kepada Liputan6, usai memberi hak suaranya di TPS sekitar kediamannya, kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (15/2).

Ibu satu anak itu datang ke TPS dengan mengenakan baju warna kuning sebatas lutut. 

Sedangkan El Barack Alexandr mengenakan kaus lengan panjang warna abu-bau dipadu dengan calena panjang.

El lebih sering berada di gendongan dari pada jalan. Tak lupa El juga ikut memberi senyuman ketika Jessica melambaikan tangan kepada para fotografer.

Sebelumnya Jessica juga memperkenalkan nama tokoh-tokoh politik kepada anaknya. “Aku juga kenalin nama presiden, gubernur, menteri. Kadang dia ingat kadang enggak. Senang juga kalau dia tahu banyak,” tutur Jessica Iskandar.

Omong-omong siapa sih yang dipilih Jedar di Pilkada DKI 2017? Dia hanya menunjukkan jari kelingking tanda sudah memberi hak suara. 

Kisah Cinta Sejati Widyawati dan Sophan Sophian yang Tetap Abadi

Menarik mengikuti kisah cinta Widyawati dan Sopan Sophian. Dipertemukan lewat film Pengantin Remaja, aktris senior berusia 66 tahun itu tetap merawat cinta sejatinya hingga kini. 

Widyawati. Foto Net

Tak ada yang bisa menggantikan persemayam Sophan Sophiaan di hatinya. Aktor asal Makassar, Sulawesi Selatan itu pergi selama-lamanya pada 17 Mei 2008 dalam sebuah kecelakaan.

Widyati pun bercerita tentang keputusannya yang terjun di dunia peran. "Awalnya saya nggak mau main film itu," kata Widyawati mengenang perkenalannya dengan suami.

Namun, setelah "dibujuk" sang ibu yang lebih dahulu bertemu dengan Sophan, Widyawati akhirnya luluh. 

"Jujur, begitu melihat, wow, ganteng," ujar Widyawati saat ditemui di rumahnya yang asri, kawasan Bintaro, Tangerang Selatan (10/2).

16 February 2017

Widyawati, Kenangan Terakhir Bersama Suaminya Sophan Sophiaan

Sosok yang dibahas kali ini untuk Rubrik Pribadi adalah aktris senior Widyawati. Wanita yang lahir 12 Juli 1950 itu terpilih karena kehidupan asmaranya yang bisa dikatakan memiliki kisah cinta abadi bersama almarhum Sophan Sophiaan. 


Widyawati dan Sophan Sophiaan di film Pengantin Remaja
Berjaya sejak dekade 1970-an dan 1980-an, perempuan berusia 66 tahun dipertemukan dengan Sophan, pria yang menjadi kekasih sejatinya. Keduanya dipertemukan dalam dunia peran.

Dari pertalian pernikahan dengan Sophan, lelaki asal Makassar, Sulawesi Selatan, keduanya dikarunia dua anak, Romi dan Roma.

"Jujur, begitu melihat, wow, ganteng," ujar Widyawati saat Jawa Pos menemuinya di rumah yang asri, kawasan Bintaro, Tangerang Selatan (10/2) kala mengenang awal pertemuannya dengan Sophan.

Pesantren Ath Thaariq Berbasis Ekologi, Belajar dan Bertani

Sudah satu dekade ini Nisya Saadah Wargadipura dan Ibang Lukman Nurdin memberdayakan petani di Tanah Pasundan. Uniknya, cara yang dipakai, antara lain, dengan mendirikan pesantren yang mengedepankan aktivitas pertanian sebagai basis pendidikannya.

Ibang dan Nissa bersama para santri di lahan perkebunan di kompleks Pesantren Ath Thaariq, Garut. (Sahrul Yunizar/Jawa Pos/JPNN.com)
Lepas petang, kumandang azan sayup-sayup terdengar di Pesantren Ath Thaariq di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Para santri di pesantren yang terletak di tengah hamparan sawah itu mulai mengisi saf-saf masjid.

Santri tetap di pesantren tersebut memang tidak banyak. Hanya 30 orang yang menginap. ’’Tidak boleh lebih,’’ ucap Nisya Saadah Wargadipura saat ditemui Jawa Pos, Minggu (29/1).

Perempuan yang akrab dipanggil Nissa itu adalah istri Ibang Lukman Nurdin. Keduanya merupakan pendiri Pesantren Ath Thaariq, pesantren berbasis ekologi yang berdiri sejak 2008.

Selain mengaji dan belajar bertani, para santri di Ath Thaariq setiap hari menjalani pendidikan formal di sekolah umum dan universitas. Ada yang masih SMP, SMA, dan bahkan mahasiswa yang mondok di pesantren itu. Namun, pada Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional, mereka full di pesantren untuk berkebun dan beternak.

Sejatinya, kompleks Pesantren Ath Thaariq tidak begitu luas. Lahannya hanya 8.500 meter persegi. Meski begitu, para santrinya justru bisa berfokus untuk menyerap banyak ilmu Alquran dan ilmu terapan.

Dengan luas terbatas, Nissa bersama Ibang, sang suami, membagi lahan pesantren dalam dua zona. Yakni, zona pertanian dan zona peternakan. Di dua zona tersebut ada area untuk beternak ikan dan unggas. Ada pula tempat pembibitan dan area untuk kebutuhan pertanian lain. Lalu, ada bangunan utama yang dijadikan tempat tinggal keluarga Nissa-Ibang sekaligus untuk tempat tidur bagi para santri.

20 Tips Mengantarkan Anak Menuju Kesuksesan

Ustaz Bendri Jaisyurrahman berbagi ilmu mendidik anak. Pria yang kaya dengan pengetahuan parenting itu berbicara mengenai kiat-kiat yang harus dilakukan orang tua mengantarkan anaknya untuk bisa mencapai kesuksesan. 

Seperti apa kiatnya? Berikut 20 tips yang harus dilakukan:

1. Perbaikan kualitas generasi selayaknya dimulai dengan kebiasaan bangun di pagi hari. Sebab generasi unggul bermula dari pagi yang masygul (sibuk)

2. Kebiasaan bangun pagi hendaklah dimulai dari usia dini. Peran Ayah amat dinanti. Ayah yang peduli tak abai dalam urusan bangun pagi buah hati

3. Jika anak terbiasa bangun siang. Maka keberkahan hidup melayang. Aktivitas ruhani menjadi jarang. Perilaku menjadi jalang

4. Mulailah dengan malam yang berkualitas. Anak tidak terjaga di ambang batas. Harus buat peraturan tegas. Kapan terjaga dan kapan pulas

5. Sehabis isya jangan ada aktivitas fisik berlebihan. Upayakan aktivitas yang menenangkan. Membaca atau bercerita yang berkesan

6. Biasakan berbagi perasaan. Mulai dengan cerita aktivitas harian. Evaluasi jika ada yang tidak berkenan. Sekaligus sarana pengajaran

7. Buat kesepakatan bangun jam berapa. Lantas anak mau dibangunkan bagaimana. Jadikan ini sebagai modal membangunkan di pagi harinya. Tutuplah aktivitas malam dengan dengarkan tilawah, agar anak tidur membawa kalimat Allah

8. Pemberi Rahmah. Terekam dalam memorinya sepanjang hayat

9. Pagi pun datang. Jalankan kesepakatan yang dibuat sebelum tidur menjelang. Bangunkan anak penuh kasih sayang. Bangunkan dengan cara yg ia bilang

12 February 2017

Gadis Centil dan Mungil Asal Aceh, Namanya Kini Mendunia

Aria Permana pernah menjadi sorotan media asing. Daily Mail menurukan laporan tentang kehidupan boca dari buah hati Ade Somantri, 42, dan Rokayah, 37, warga Karawang, Jawa Barat. 

Dia menjadi objek pemberitaan lantaran dianggap ajaib. Aria Permana baru berumur 10 tahun kala itu, namun bobotnya sudah mencapai mencapai 140 kilogram. 

Aria Permana, bocah 10 tahun yang bobotnya sudah mencapai mencapai 140 kilogram. Foto JPNN.com

Setelah Aria, kini ada lagi orang Indonesia yang disorot dunia. Dia adalah Sari Rezita Ariyanti kini mendunia. Sosoknya menjadi perhatian media asing. Perjalanan hidupnya diulas Boldsky, Jumat (10/2).

10 February 2017

Lagu Sepohon Kayu Versi Bugis yang Menggugah Hati Untuk Salat


Pembaca kami yang setia. Untuk inspirasi kali ini, akan disajikan lagu Sepohon Kayu versi Bugis.

Lagu ini sempat dipopulerkan oleh almarhum Ustaz Jeffry Al Buchori atau yang karib disapa Uje. Begitu menyentuhnya tembang ini sehingga memunculkan banyak versi. 

Syair lagu ini mengingatkan kita akan kematian dan pentingnya salat bagi umat Islam. Karya versi bugis dipersembahkan Fire Starting Automobil.


Bagi yang tidak mengerti bahasa Bugis, tak perlu khawatir. Karena dalam vidoenya yang menampilkan gambar masjid-masjid di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

“Mauni sogi loppoki….
Narekko de’ massempajang, aga gunana….,”

Begitulah salah satu penggalannya liriknya. Selamat senikmati dan semoga menggugah hati kita untuk tetap menunaikan salat lima waktu. Amin.

09 February 2017

Gejolak Manja dari Seorang Model Affika Fara Diba

Senyum sang mentari mulai merekah diikuti rutinitas sibuk manusia di bawahnya. Perlahan namun pasti, jarum pendek mengarah di angka delapan sementara pasangannya bergerak teratur menuju angka tiga.

Affika Fara Diba. Foto Porkal/JPNN.com

Tak seberapa lama, perempuan dengan dress selutut menebar senyum saat memasuki lobi Platinum Balikpapan Hotel and Convention Hall, Kalimantan Timur.

Kesan feminin begitu melekat pada gadis kelahiran Kota Minyak itu. Dia kenalkan dirinya sebagai Affika Fara Diba.

Rambut digerai, mengenakan rok dan sejenisnya adalah gaya yang dipilih Affika. Mahasiswi program studi teknik perminyakan tersebut merasa nyaman dengan cap girly yang diterima.

Meski sebagian besar kawan kuliahnya pria, dia tetap Affika yang manja. Jika ada sesi foto di mana pun itu, sang ibu selalu setia di sisi.

Dia tak menampik jika cap anak mama mengikuti.

“Emang belum bisa jauh, manja ya namanya?” ucap dia malu-malu, disambut senyum sang ibu yang duduk tak jauh darinya. 

Prokal

10 Pernikahan yang Menghebohkan Indonesia, Mulai dari Sejenis, Menikahi Mayat dan Kasih tak Sampai

Pernikahan memang menjadi acara yang sakral. Sebuah ikatan suci menjadi ikrar antara dua insan. 

Namun, pernikahan menjadi sebuah permasalahan yang serius kala mahligai digelar diluar dari kelaziman. Ada pertentangan antara nilai agama dan budaya yang menjadi norma di tengah kehidupan masyarakat. 
Kami berhasil merangkum pernikahan yang kini menjadi perhatian publik. Sejak 2010 hingga 2017, setidaknya ada 11 pernikahan yang kini menjadi sorotan dan perbicangan.

Mulai dari pernikahan sejenis, yang mengharukan karena menikah siri, kasih tak sampai, hingga menikahi mayat. Berikut ke-11 pernikahan tersebut: 

Omongan Kapolda Metro Menjadi Penyemangat Umat Ikut Aksi 112

Pernyataan Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan yang melarang Aksi 112 menuai kritik dari beberapa kalangan.

Kapolda Metro Jaya, Irjen M Iriawan. Foto JPNN.com

Salah satunya Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. Dia menilai sikap Iriawan yang bernada ancaman tidak sepatutnya dilakukan.

Raisa yang Lagi Dimabuk Cinta

Dari beberapa foto sedang kencan, memang Raisa yang paling kelihatan jatuh cinta. Kalau Hamish kerap pasang tampang cool dan jaim.

Dunia maya terus dibuat ramai oleh Raisa Andriana. Lagi dimabuk cinta, mojang Bandung ini makin berani mengumbar kemesraan dengan Hamish Daud lewat beberapa unggahan foto di medsos.

Baru-baru ini, ada foto Raisa dan Hamish yang sedang kencan romantis. Dalam foto tersebut, keduanya seperti sedang mengha­biskan waktu makan malam bersama.

Raisa. Foto Instagram

Raisa terlihat mengenakan atasan hitam dengan aksen brukat. Pelantun Kali Kedua ini berpose begitu dekat dengan sang kekasih seolah tak ingin terpisahkan dan tersenyum manis ke arah kamera.

Namun sayangnya, pose mesra Raisa itu justru menuai cibiran netter. Banyak yang menyebut dara 26 tahun ini agresif karena seolah nempel terus ke bintang film Supernova itu.

"Yang cewek kayak nafsu amat ya peluk-peluk gitu. Yang cowok santai banget, kesannya gimana gitu. Jam dikitlah mbak," ujar netter.

"Diantara mereka itu kelihatan yang cewek paling ngebet ya," sahut hater.

"Aduh gue juga kalau dapet babang Hamish bakalan gue rangkul dan ciumin mulu kali ah. Ribet amat kalian," bela fan.

Bukan kali ini Raisa go public peluk bekas pacar Nadine Chandrawinata itu. Belum lama ia pun mengunggah foto polaroid dirinya dan Hamish. Keduanya kompak senyum ke arah kamera dalam foto yang diunggah dengan filter black and white tersebut. "It may not look cool. But I’ll take looking happy instead of cool any day," tulis Raisa.

Di Instagram Story, Raisa memperlihat­kan ketika menghabiskan malam minggu bersama Hamish. Bekas pacar Keenan Pearce ini mengunggah video boomerang dirinya seolah bersembunyi di balik tubuh sang kekasih.


08 February 2017

Sosok Affika, Dara Keturunan Bugis Banjar yang Merambah Dunia Modeling

Sosoknya memang selalu tampil percaya diri. Jika ada kesempatan, kenapa harus menunda untuk mencoba?

Affika Fara Diba atau biasa dipanggil Affika akhirnya aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kamera dan gaya.

Entah mengapa, dia merasa itulah dunianya. Agar tak hanya pandai bergaya dan memainkan mood di depan kamera, Affika menjajal seni tari. Mencoba menemukan bakat lain dalam dirinya lewat gerakan visual berirama yang bercerita.

“Sekarang juga suka menyanyi. Walau cuma penyanyi kamar mandi,” ungkapnya kemudian terkekeh geli.

Affika Fara Diba. Foto Prokal

Hobi bernyanyinya itu mengantarkan ia naik panggung. Walau bukan panggung kompetisi, pengalaman tersebut cukup membuktikan dia tak sekadar penyanyi kamar mandi.

Pikirannya masih gamang saat ditanya cita-cita. Menjadi model profesional jelas impian perempuan manapun yang berkiprah sama dengan Affika. Walau gadis keturunan Bugis-Banjar itu baru tiga tahun terakhir berada dalam zona modeling.


Bagian III: Perjuangan Gadis Cantik Miskin Mengejar Impian

Setelah lulus Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Riwa bekerja di almamaternya.




Kondisi rumah orang tua Nur Riwayati di Banyubiru, Semarang, Jawa Tengah. Foto: Adennyar Wycaksono/Radar Semarang/JPNN.com



Dia diangkat menjadi staf front desk Rektor UNNES sekarang, Dr Fathur Rokhman MHum.

Setelah bekerja, Riwa kini bisa sedikit mengangkat derajat keluarganya untuk lepas dari jerat kemiskinan.

Saat ini, Riwa terus berjuang untuk meneruskan studi strata 2 (S2) dan berusaha mendapatkan beasiswa.

”Harapannya pemerintah lebih memperhatikan siswa yang tidak mampu, tak sedikit siswa miskin menginginkan pendidikan yang layak. Apalagi menurut saya dengan pendidikan bisa memutus mata rantai kemiskinan,” ujar gadis yang mengaku masih jomblo ini.

Riwa pun berhasil membuktikan kepada warga di desanya bahwa kemiskinan tidak harus hilang semangat untuk meraih cita-cita.

Selain itu, menikah muda sudah bukan zamannya lagi.


”Saya coba membuktikan dan mengedukasi warga di desa saya untuk tidak menikah muda dan tetap menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Kemiskinan bukan halangan, jika memang ada niat dan kemauan, pasti semua kendala bisa teratasi,” kata dara berhijab yang lulus dari UNNES pada 2015 dengan IPK 3,63 ini. 

Selamat ya Mbak!!!!!

(Tulis 3/3-Habis)

Bagian II: Perjuangan Gadis Cantik Miskin Mengejar Impian

Tiga kali Riwa mengirim surat ke Rektor UNNES kala itu. Hingga akhirnya surat yang ketiga mendapatkan respons. Dia diberi beasiswa bidik misi dan kuliah di UNNES pada 2011.

Lihat:

Bagian I: Perjuangan Gadis Cantik Miskin Mengejar Impian


Sebelumnya, Riwa nekat pergi dari rumah untuk melihat hasil pengumuman dengan bekal uang Rp 50 ribu pinjam teman.

Dia mengaku saat itu sempat dicibir oleh tetangga dan saudaranya.

”Meh sekolah duwur yo nggo opo? Wong wedok paling mung macak, manak karo masak, tibone yo podo (Mau sekolah tinggi-tinggi buat apa, wanita paling kerjaannya hanya merias, melahirkan dan memasak atau mengurus suami. Jatuhnya juga sama, Red),” katanya.

”Ada juga yang bilang, saya nanti jadi perawan tua, dan tanggapan miring lainnya. Ya, meski banyak yang mencibir, saya bersyukur bisa kuliah. Bagi saya dengan pendidikan bisa memutus rantai kemiskinan,” sambungnya.

Setelah menjadi mahasiswi UNNES, Riwa harus hidup prihatin. Sebab, untuk mendapatkan uang untuk makan sehari-hari, ia harus membanting tulang dengan menjadi buruh cuci pakaian milik teman kosnya.

TEKAD BAJA: Nur Riwayati, dara dari keluarga miskin yang punya semangat tinggi dalam mengejar cita-cita. Foto: Adennya Wycaksono/Radar Semarang

”Uang buat makan atau uang saku saya dapatkan dengan mencuci pakaian teman. Pernah juga mijitin teman kos, kadang dikasih uang, kadang juga hanya dibeliin makan,” kenangnya pilu.

Riwa yang punya kemampuan menyanyi keroncong dan sinden, pernah ikut grup campur sari Dewan Kesenian Kabupaten Semarang. Dia beberapa kali mendapatkan job menyanyi.

Sekali menyanyi, Riwa mendapatkan bayaran sebesar Rp 100 ribu yang langsung diberikan kepada ibunya. ”Kalau dapat bayaran, saya kasihkan ke orang tua agar adik-adik saya bisa makan. Intinya buat menyambung hidup keluarga,” katanya.

Saat kuliah, Riwa terus mengembangkan kemampuannya di dunia tarik suara. Dia beberapa kali tampil menyanyi.

Riwa juga sempat ikut dalam kegiatan forum beasiswa nasional dan bertemu Susilo Bambang Yudhoyono semasa masih menjadi Presiden RI.

”Ketemu beliau (SBY) bangga banget, seakan perjuangan saya dulu lunas, saya juga diberi motivasi untuk terus belajar dan berusaha walaupun hidup dalam keterbatasan,” ucapnya.

(Bersambung)

Bagian I: Perjuangan Gadis Cantik Miskin Mengejar Impian

Kisah hidup dara bernama Nur Riwayati bisa jadi inspirasi. Semangatnya mengejar cita-cita tak pernah surut meski berasal dari keluarga miskin. Kini, dia sudah menyandang gelar sarjana ekonomi dan bekerja di Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah.


Kondisi rumah orang tua Nur Riwayati di Banyubiru, Kabupaten Semarang. Foto: Adennyar Wycaksono/Radar Semarang/JPNN.com

Kondisi rumah orang tua Nur Riwayati di Dusun Trowangi, Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang cukup menggambarkan betapa miskinnya keluarga gadis yang akrab dipanggil dengan nama Riwa itu. Rumah sederhana itu hanya berdinding kayu dan bambu tua dengan lantai tanah.

Di sejumlah dinding harus ditopang bambu karena bangunannya nyaris ambruk dimakan usia. Kondisi dapurnya juga amat sederhana. Untuk memasak menggunakan tungku tanah lihat dengan bahan kayu bakar.

Namun, kondisi itu tak menyurutkan Riwa untuk menuntut ilmu hingga perguruan tinggi. Padahal secara logika, sulit bagi Riwa untuk bisa menikmati bangku perguruan tinggi. Sebab, untuk makan sehari-hari saja susah.

Orang tuanya bekerja serabutan. Bahkan Riwa harus ikut membanting tulang agar bisa mendapatkan sesuap nasi.

”Sejak kecil saya sudah membantu orang tua bekerja di sawah untuk bisa makan. Bahkan setiap pulang sekolah, saya harus mencari rumput untuk memberi makan ternak di mana ayah dan ibu saya bekerja,” kenang gadis kelahiran Kabupaten Semarang, 15 Oktober 1993 ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Hidup dalam kemiskinan bukan berarti membuat Riwa dan keluarganya pasrah. Untuk biaya sekolah, Riwa selalu mencari beasiswa pendidikan agar cita-citanya untuk tetap sekolah terwujud.

Cobaan dialami putri pertama dari tiga bersaudara ini saat tiba-tiba sang ayah meninggal dunia karena sakit.

”Saat itu, saya masih sekolah di SMK Diponegoro Salatiga. Setelah lulus, praktis saya harus mengubur impian bisa melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya,” kata putri pasangan almarhum Subandi dan Suryanti ini.

Di saat itulah Riwa dipaksa untuk menikah dengan cara dijodohkan. Kebetulan Riwa memiliki paras cantik hingga banyak pria yang menaksirnya.

Di desanya, menikah dalam usia muda dianggap wajar. Apalagi masyarakat di desanya masih menganggap pendidikan bagi kaum hawa tidaklah penting. Karena ujung-ujungnya nantinya hanya mengurus anak dan melayani suami.

”Setelah lulus SMK, karena saya miskin, saya mau dijodohkan oleh saudara saya. Ibu saya tidak bisa berbuat apa-apa, karena hanya buruh serabutan, tapi saya mencoba berontak sampai kabur dari rumah karena ingin kuliah,” kenangnya.

Riwa yang punya prestasi akademik di sekolahnya sempat mengikuti ujian masuk Universitas Negeri Semarang (UNNES) lewat jalur undangan, SNMPTN, dan SBMPTN. Namun, dia selalu gagal.

Hingga akhirnya Riwa mencoba ikut ujian masuk melalui Seleksi Mandiri UNNES. Dengan bekal uang Rp 50 ribu, ia pergi ke Semarang untuk ikut ujian. Dia juga membawa sepucuk surat yang ditujukan kepada Rektor UNNES saat itu, Prof Dr Sudiono Sastroatmojo M.Si.

”Saya bawa surat yang isinya curhatan kenapa anak kurang mampu dan miskin susah kuliah karena biaya yang sangat mahal. Apakah anak-anak miskin harus menelan pil pahit dan menghadapi perjodohan serta menikah muda dengan orang yang tidak dikenal, karena tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan,” tuturnya sambil terisak.


(Bersambung)

07 February 2017

Buya Syafii Maarif, Sosok yang Dikecam dan Tampilan Kesederhanaan

Buya Ahmad Syafii Maarif kembali menjadi perhatian netizen. Fokusnya kini bukan lagi karena dianggap membela Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dituding menistakan agama, melainkan kesederhanaanya.

Pria kelahiran Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935 silam itu nampak mengayuh sepeda dalam sebuah foto.

Buya Safii Maarif bersepeda. Foto Facebook.

Meski usianya yang sudah menginjak 81 tahun, terlihat dalam gambar, Buya Syafii masih kuat.

Tak jelas kapan momen itu diabadikan. Tetapi di foto ada watermark ratsani.wordress.com.

Di akun Facebook Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni terpampang foto tersebut dengan keterangan:

"Seorang penguntit mencuri foto teladan kami, teladan bangsa. Sayang sabagian masih menghina dan menistanya. Sehatlah terus, Buya!

Dalam foto ini seorang lelaki tua mengayuh sepeda di satu jalan sepi di Yogyakarta. Ia berbaju batik lengan panjang, sisiran rapi, dan di setang sepedanya ada tergantung kantong plastik putih berisi buku.

Lelaki tua yang mengayuh sepeda itu bernama Buya Sjafii Maarif: seorang profesor, mantan Ketua Umum Muhammadiyah, penerima Ramon Magsaysay Award, dan beberapa kali menolak tawaran menjadi komisaris di berbagai perusahaan raksasa milik negara.

Contoh seorang manusia yang sudah selesai dgn dirinya sendiri..

Semoga tetap sehat dan panjang umur, Buya!" tulis Antoni. 

Beragam reaksi pun berdatangan, tapi umumnya mendoakan Buya Syafii sehat selalu.

Ada yang menganggapnya biasa, tapi kemudian ditimpal oleh komentar yang lain.

"Ya memamg biasa saja, tapi saya yakin tak mudah memilih membiasakan diri jadi biasa-biasa saja," kata pemilik akun Yuli Zuardi Rais.

Buya Syafii merupakan ilmuwan dan dianggap sebagai cendekiawan muslim. Selain pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah dia juga mendirikan Maarif Institute.

Saat di awal hebohnya omongan Ahok dengan surah Almaidah ayat 51, Buya Syafii mengambil posisi yang seolah-seolah berseberangan sehingga menjadi objek kecaman. (jpnn)

Misteri Kematian Herni, Jenazah yang Dinikahi

Keputusan Herni (bukan Erni seperti yang diberitakan sebelumnya) mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya yang tragis masih misteri. Semuanya menyayangkan, apalagi sang pacar, Ahmad Haidir. 

Ahmad Haidir tak tahu alasan sang kekasih, Herni mengakhiri hidup dengan cara tragis. Suasana di kediaman korban pada Jumat, 2 Februari yang diklaim pihak keluarga hanya untuk mengurus jenazah. Foto: FACEBOOK

Ibu Herni, Wati juga tak mengetahui penyebabnya. Yang pastinya, korban meminum racun rumput sebelum mengembuskan napas terakhir.

“Saat dibawa ke Puskesmas dia hanya mengucap maaf telah berbuat hilaf. Setelah itu dia tak pernah lagi sadarkan diri hingga meninggal,” kata sang ibu, Wati kepada FAJAR (Jawa Pos Group),  Senin (6/2/2015). 

Wati mengaku tak habis pikir mengapa putri keduanya itu memutuskan memilih cara tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

Bukti Janji, Jadi Mayat pun Tetap Dinikahi

Ini bukan cerita dalam novel, dongeng atau yang ada dalam telenovela. Cinta suci itu pun tetap terikat walau kekasihnya kini terbujur kaku.

Ahmad Haidir membuktikan janjinya menikahi Erni, meski tak bernyawa lagi. “Dia istri saya, dan akan selamanya menjadi istri saya.”

Kalimat ini diungkapkan Edi, sapaan Ahmad Haidir, via telepon, Minggu, 5 Februari, saat menceritakan kisah cintanya yang tragis kepada FAJAR (Jawa Pos Group).

Mimpi indah yang sudah direncanakan selama dua tahun, harus berakhir.

Ciuman terakhir Ahmad Haidir kepada kekasihnya yang terbujur kaku. Foto Fajar/JPNN.com

Tuhan berkehendak lain. Pesta pernikahan yang sudah direncanakan pada Oktober mendatang, batal terlaksana.

Erni memilih mengakhiri hidupnya dengan racun rumput, meninggalkan pria yang begitu mencintainya.

Perjuangan Edi mendapatkan cinta Erni dan restu keluarganya, memang penuh tantangan.

Pemuda asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara ini, menemukan cinta sejatinya di Parepare, Sulsel, dua tahun lalu.

Dia bertemu Erni yang waktu itu masih berstatus mahasiswi STIKES Baramuli.

Edi yang bekerja di sebuah koperasi di Parepare, langsung jatuh hati. Butuh waktu hingga akhirnya Erni mau menerima cintanya.

Keduanya memutuskan menjalin hubungan serius. Rencana pernikahan perlahan disusun.

Bukan hanya perbedaan budaya yang harus disatukan. Perbedaan keyakinan juga menjadi rintangan.

Hingga akhirnya Edi, dengan seizin orang tuanya di Nias, memutuskan menjadi mualaf. Makin muluslah rencana memperistri Erni. Waktunya Oktober nanti, maharnya Rp 40 juta.

Edi yang kini bekerja di Enrekang, tak sabar menghitung hari. Namun, sebuah telepon dari Erni, Rabu, 1 Februari, bak petir di siang bolong.

“Dia bilang ingin bunuh diri dengan meminum racun rumput,” ungkap Edi menceritakan pembicaraan dengan calon istrinya hari itu.

Edi langsung menghubungi Wati, ibu Erni, calon mertuanya. Setelah itu dia memacu motornya ke Barru.

Jarak 181 km ditempuhnya kurang dari empat jam. Berharap dia masih bisa menyelamatkan nyawa Erni.

Di Barru, mendengar laporan Edi, Wati bergegas ke kamar Erni. Ibu tiga anak ini panik mendapati putrinya sudah lemas. Erni kemudian dibawa ke Puskesmas Madello.

Namun kondisinya kian memburuk, hingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Parepare.

Edi masih bisa menemui Erni yang kritis. Dengan setia dia mendampingi calon istrinya.

Membersihkan tubuh Erni setiap kali muntah hebat. Membelai rambutnya dan membisikkan kalimat semangat agar kembali pulih.

Hingga akhirnya, Kamis dinihari, 2 Februari, wanita yang baru saja menyelesaikan kuliahnya itu mengembuskan napas terakhir.

Tangis keluarganya pecah. Edi seolah tak percaya dengan peristiwa tersebut.

“Edi begitu mencintai anak saya. Dia seolah tak melepas pelukan meski telah menjadi mayat,” tutur Wati.

“Ini kehendak Tuhan. Kami sudah mengikhlaskan kepergiannya. Saya juga sudah meminta Edi melupakan anak saya,” lanjutnya.

Orang tua Erni dibuat terkejut dengan jawaban Edi. Dan tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan permintaan calon menantunya itu.

“Saya sangat mencintai Erni. Niat saya tak berubah, akan tetap menikah dengannya meski tak bernyawa lagi,” kata Edi.

Setelah berdiskusi dengan keluarga, pernikahan akhirnya digelar, Jumat siang, 3 Februari.

Lokasinya di rumah duka, tempat jasad Erni disemayamkan di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulsel.

Imam masjid di kampung itu menjadi wali nikah. Disaksikan keluarga yang tak bisa menahan kesedihan.

Hari itu, Edi terlihat gagah. Pakaiannya rapi, lengan panjang warna gelap. Kopiah hitam bertengger di kepalanya.

Di sampingnya, mayat Erni yang sudah dibungkus kain kafan, terbujur kaku.

Semua berlangsung hikmat dengan derai air mata. Hingga saksi menyatakan “sah” resmilah keduanya menjadi suami istri.

Meski beberapa saat setelah itu, Erni diantar ke peristirahatan terakhir oleh keluarga dan sang suami, Ahmad Haidir.

Ilmuwan Cilik Pencipta Pendeteksi Jarak Aman Nonton TV

Anak-anak tidak hanya perlu tontonan sehat di TV. Cara nonton yang sehat pun mereka butuhkan. Dua murid SD Muhammadiyah Manyar ini menciptakan alat pendeteksi jarak menonton TV yang sehat. Namanya Detektif Jamat.

Alat dengan dua lensa berbentuk kotak hitam itu mengeluarkan bunyi tit…tit…tit. Suaranya muncul dari sebelah televisi di ruang kepala sekolah. Beberapa kabel terhubung dengan arduino di belakang speaker. Dua siswa, Nasya Nadhira dan Faras Syakira, lantas mendekat. Suara tit... tit...tit terus terdengar. Bunyi tersebut tiba-tiba hilang ketika mereka menjauh sekitar 1,5 meter.

’’Ini berarti jarak tonton sudah aman,’’ ujar Nasya yang diiyakan Faras.

Dua siswi SD Muhammadiyah Manyar itu adalah pencipta detektor jarak aman untuk menonton TV. Mereka tengah menguji fungsi detektor tersebut. Mereka menamai alat itu Detektif Jamat. Artinya, Pendeteksi Jarak Aman Nonton Televisi. Manfaatnya besar.



Ilmuwan Cilik: Nasya (kiri) dan Faras menunjukkan Detektif Jamat yang diuji coba. (Adi Wijaya/Jawa Pos/JawaPos.com)

Nasya dan Faras berharap tidak ada lagi anak-anak yang memakai kacamata karena terlalu sering dan dekat saat nonton TV.

"Sekarang banyak anak yang pakai kacamata, termasuk saya,’’ kata Nasya yang hobi membaca itu.

Nasya bercerita, dirinya melakukan survei bersama Faras, teman sekelasnya. Dari 475 siswa yang disurvei, ada sekitar 50 anak yang mengaku berkacamata. Penyebabnya hampir seragam. ’’Rata-rata terlalu dekat kalau nonton TV (televisi),’’ ungkap bocah 11 tahun tersebut.

Jarak aman untuk nonton TV, lanjut Nasya, rata-rata 1,3 meter. Jarak yang terlalu dekat berisiko merusak mata. ’’Sumbernya, banyak artikel terkait jarak aman nonton televisi,’’ jelas putri pasangan Haryanto dan Lilik Anifa itu.

Nasya pun resah. Dia terdorong untuk membuat alat yang bisa mendeteksi jarak aman menonton televisi. Bersama Faras yang sama-sama kelas V, dia mencari berbagai referensi. Mulai bertanya ke banyak orang hingga belajar dari artikel.

Sebelumnya, Nasya dan Faras mengatakan tidak banyak tahu tentang elektronika. Keduanya memberanikan diri bertanya kepada guru pembina ekstrakurikuler (ekskul) mekatronikon.

’’Butuh waktu dua bulan belajar (elektro, Red). Mulai belajar teori hingga proses merakit,’’ ungkapnya.

Banyak hal yang ditemui saat menciptakan alat itu. Mulai pernah korsleting hingga alat tidak berfungsi. Setelah melakukan eksperimen berkali-kali, alat tersebut siap dirakit. Butuh dua pekan lagi untuk uji coba. Hingga akhirnya, alat yang dinamai Detektif Jamat itu siap digunakan.

Detektif Jamat dilengkapi dua speaker kecil yang tersambung dengan arduino (pengendali mikro) dan adapter. Alat tersebut bisa memancarkan gelombang ultrasonik ke dahi. Gelombang lantas dipancarkan kembali ke alat. Dengan begitu, alat akan berbunyi ketika didekati pada jarak tertentu.

Untuk mengontrol jarak aman mata, alat itu diletakkan di sebelah televisi. Bisa di sisi kanan atau kiri. ’’Sudah diatur untuk jarak aman 1,3 meter. Kalau terlalu dekat, Jamat mengeluarkan bunyi peringatan. Jadi harus mundur,’’ papar Nasya.

Faras sangat ingin merakit lebih banyak lagi alat serupa. Tujuannya, teman-temannya bisa memanfaatkan alat tesebut untuk menjaga jarak aman ketika nonton televisi. ’’Jadi, mata tidak sampai rusak,’’ ucapnya.

Fadholi Aziz, koordinator Bina Prestasi SD Muhammadiyah Manyar, membenarkan bahwa dua muridnya itu memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka sangat aktif di kelas. Terutama yang berkaitan dengan sains. ’’Suka tanya,’’ tutur lelaki yang juga guru IPA itu.

Aziz yang juga pengajar di kelas V tersebut menambahkan, Jamat akan dilombakan di event nasional. Yaitu, National Young Invertor Award 2017 pada September mendatang.

’’Yang pasti, sekolah mendukung mereka untuk berprestasi,’’ jelasnya.